Empat bayi Kembar Kesayangan Ayah Misterius

Bab 227



Bab 227

Bab 227

Mendengar jawabannya, terlintas rasa terkejut di mata Widopo.

Dia tahu perempuan kecil ini sangat tega terhadap dirinya, tetapi dia tidak menduga Samara akan menyetujui syarat pertukaran tanpa mengetahui terlebih dahulu syarat yang diinginkan olehnya.

“Apakah kamu tidak takut saya meminta kamu melakukan perbuatan jahat?”

“Kamu bersedia memberitahu keberadaan Buah Darah Naga terlebih dahulu, dan menunggu di lain waktu baru mewujudkan keinginan kamu, ini menjelaskan kamu tidak punya pikiran jahat.” Terlintas senyuman licik di mata Samara, “Hatimu kelihatan tidak sejahat tampangmu, jadi tidak mungkin kamu meminta saya melakukan perbuatan jahat.”

“Kamu adalah orang pertama yang mengatakan saya tidak jahat.” Berkata sampai disini dia tiba tiba berhenti sejenak baru melanjutkan lagi, “Tetapi jika di kemudian hari kamu tidak bisa mewujudkan permintaan saya, maka saya akan menggunakan cara saya agar kamu merasakan akibat dari mengingkari janji.”

Demi menyembuhkan Raisa, Samara tidak mempunyai jalan mundur lagi.

“Saya tahu.”

“Berita mengenai keberadaan buah itu akan saya perintahkan ke bawahan dan malam ini akan dikirim ke email kamu.”

“Widopo.” Samara tersenyum dengan sepasang matanya yang melengkung seperti bulan, “Terima kasih.” NôvelDrama.Org owns this text.

Widopo sengaja mengalihkan pandangannya ke pemandangan di luar jendela.

Samara tentu saja tidak tahu Widopo tergetar karena senyumannya sehingga baru mengalihkan pandangan, dia mengira karena topeng wajahnya yang jelek sehingga Widopo malas menatapnya, akan tetapi semua ini tidak mempengaruhi suasana hatinya yang sedang baik, dengan gembira dia meninggalkan ruang kantor Widopo.

Bagaimana cara menghilangkan kegundahan hati?

Satu satunya cara adalah kesayangannya!

Setelah dia mendapatkan Buah Darah Naga dan menyembuhkan penyakit jantung Raisa, dia pasti akan hidup bersama suaminya sampai di hari tua.

Tiba di rumah.

Pertama tama yang dilakukan Samara adalah menelepon Nicky dan memberitahunya bahan obat terakhir akan segera dia dapatkan agar Nicky bisa merasa lega.

Walaupun dibatasi oleh telepon tetapi Samara dapat merasakan perasaan lelaki itu ketika mendengar kabar tersebut, air mata telah membasahi kelopak matanya.

Penyakit ini membuat tubuh Raisa menderita, tetapi penyakit ini justru membuat hati Nicky lebih menderita.

Jika Raisa dapat sembuh total, yang paling bahagia mungkin bukan Raisa sendiri melainkan Nicky.

Setelah berbicara dengan Nicky di telepon, akhirnya dapat mengurangi sebagian beban di hati Samara.

Dia membuka bagian beku di lemari pendingin dan mengeluarkan sekotak es krim rasa stroberi.

Dia duduk di atas sofa, menyendok sesuap dan dimasukkan ke mulutnya, merasakan aroma stroberi dan sensasi rasa dingin di mulutnya.

Baru menyendok beberapa suap, pintu di rumahnya telah terbuka.

Samara meletakkan es krim di tangannya lalu memandang kearah beranda, dia melihat seorang anak laki laki bertopi baseball, tangan menarik sebuah koper kecil

sedang berjalan masuk.

“Xavier?”

Xavier melepaskan topi baseball nya dengan bergaya berjalan ke hadapan Samara.

“Ibu, saya pulang.”

“Xavier, mengapa tidak memberitahu terlebih dahulu kalau kamu mau pulang?” Menatap anaknya yang sudah lama tidak berjumpa menyebabkan kelopak mata Samara mulai berubah menjadi merah.

Javier dan Xavier adalah buah hati kesayangannya, tetapi sejak Xavier mulai shooting film dan iklan, dia sepanjang tahun tinggal di luar, dalam 1 tahun hanya bisa berjumpa puluhan hari. Sekarang putra sulungnya tiba tiba muncul di hadapannya, Samara tidak tahan mencubit pipi tembemnya.

“Ibu….hati hati sedikit…..saya adalah seorang bintang film……”mulut Xavier masih mengomeli Ibunya, tetapi badannya telah kehilangan daya tahan dibiarkan saja ibunya membelai belai wajahnya.

“Tetapi saya adalah Ibu kamu.”

12:00 w do

Bab 227

5 mutiara

“Baik Baik Baik, Raja wanita yang diagungkan.”

Wajah Xavier berlagak dingin, tetapi dalam hatinya sangat rindu dengan Samara

Kali ini dia sengaja pulang diam diam, memang bermaksud memberi kejutan kepada Ibunya.

“Kesayangan Ibu, apakah filmnya sudah selesai ?” setelah puas membelai pipinya, Samara baru bertanya masalah utama.

“Sudah selesai.” Xavier juga mengambil sekotak es krim stroberi dari lemari pendingin, sambil makan sambil berkata, “Sejak kejadian memetik kecapi palsu, Samantha tidak pernah datang ke lokasi shooting lagi, akhirnya produser dan sutradara juga tidak senang sehingga menyuruh penulis skenario untuk menggantikan posisinya dengan pemeran wanita kedua, jadi bagian saya sudah

selesai terlebih dahulu.”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.